Liverpool Football Club (dikenal pula sebagai
Liverpool atau
The Reds)
adalah sebuah klub sepak bola peserta Liga Utama Inggris. Liverpool
adalah klub tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang
bermarkas di kotaLiverpool. Liverpool telah memenangkan 5 trofi Liga
Champions (dulu Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18
gelar Liga Inggris, 7 Piala FA, serta, 7 kali juara Piala Liga. Stadion
mereka berada di Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat
kota Liverpool.
Sejarah
Kejayaan
Liverpool
bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu berusia
55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974
sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan
gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai
manajer Liverpool FC, beliau memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala
Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara
berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley
menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak
hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley
juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan
tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny
Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuat
muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar
itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai
penerus Bob Paisley yang pensiun di tahun 1983, Joe Fagan yang pada saat
itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool
yaitu juara Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini
menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil
meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi. Sayangnya,
catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di stadion Heysel.
Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara
Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah
pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua
klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan
Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun
yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun.
Pada masa kepemimpinan
Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3
kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara
Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985/86. Bila tidak
terkena sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi
penantang serius untuk merebut Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan
Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi
kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada
pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15
April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam
stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit
pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal
di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah
sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4
tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan
penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di
negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa
penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yang
melebihi kapasitas stadion karena kurangnya antisipasi dari pihak
keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang
mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri.
Setelah menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan
Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma
yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 beliau
mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC.
Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepakbola pada saat itu, karena
Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar
Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu
adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC.
Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama
Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness
sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang
sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai
pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2
tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya
memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool
Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan
Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun
1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan
penerapan strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool
tampil tidak konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk
hubungan Souness dan Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan
proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The
Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran
The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai tragedi
Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akhirnya mengundurkan
diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga dan
Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC
selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk
selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme
Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir
talenta muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie
Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya
adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama
lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5
Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan
Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri
khas permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Tetapi permainan apik
dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan
agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada
masa Roy Evans sering disebut 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya
pemain seperti : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada
masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang
berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award
pada tahun 1998.
Pada musim kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik
pelatih asal Prancis Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans
sebagai 'joint manager'. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih
Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super
UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk
dapat meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun
1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga dan
menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993/94 sehingga berhak mengikuti
kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar
buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan Gerard
Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris.
Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah
diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard Houllier
digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez datang ke Liverpool
FC setelah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali
dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga
Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil membawa
Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya. Pada
final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC
berhasil mengalahkan AC Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama.
Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti Xabi
Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu
penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah
berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai
final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup
Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan
yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian
dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan
mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun
2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez
untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC
mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 dan
mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC
berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man
Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan
tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang
fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akhirnya pertandingan
dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Walaupun
selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan
fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan
pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya
Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala
FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil
mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim
tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar
yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny
Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009.
Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan
digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez,
Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama
pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada
tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports
Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi
menangani Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy
Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool
FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan
ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada
saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang dalam masa peralihan
kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses
peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC
pada saat itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan
sangat buruk. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di
zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town.
Tepatnya 8 Januari 2011 'King' Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya.
Lambang
Lambang
'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai
final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi
bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini
mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955/56 dimana gambar
'Liver Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di
bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada
tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang
lebih modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain
dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan
menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987,
dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring
dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun
1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada
di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali
ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di
singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC
akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk
merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan
'You'll Never Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk
mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh
bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football
Club 100 tahun dan lambang 'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada
tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993 lambang klub kembali berubah
dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi tameng 'Liver Bird'.
Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian yang menjadi
korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini tidak
banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool
FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2
warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full
colour' seperti sekarang ini.
Pemasok Kostum
- 1973–1985: Umbro
- 1985–2006: Reebok
- 2006–2012: Adidas
- 2012–: Warrior
Pemasok Sponsor
- 1892–1979: Tanpa sponsor
- 1979–1981: Hitachi
- 1981–1989: Crown Paints
- 1989–1992: Candy
- 1992–2010: Carlsberg
- 2010–2014: Standard Chartered
Era keemasan
Liverpool
sangat dominan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pemain-pemain yang
terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme
Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny
Dalglish (102
cap), dan Ian Rush (346 gol)
Liverpool
meraih era terbaiknya saat masih dikepalai oleh Bill Shankly. Pelatih
ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena
berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah sebelumnya
mendekap di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati jasanya,
dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield.
Tragedi
Klub
ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu
dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada1989.
Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di
ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Treble
Liverpool
berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar
domestik (Piala Liga dan Piala FA) dan Piala UEFA pada musim 2000/01.
Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru bagi mereka.
Pada 1984 mereka menjadi juara Piala Champions, Piala
Pencapaian
Total Liverpool telah mengoleksi 18 tropi Liga Utama Inggris. Selama 16 tahun
Premiere League bergulir,
Liverpool belum pernah memenangkan title tersebut sekalipun. Liverpool
memegang rekor 7 tropi juara Piala Liga, selisish 2 dengan Aston Villa.
Liverpool pernah meraih gelar ganda dengan menjuarai Liga dan Piala
FA pada tahun 1986. Mereka juga pernah memenangkan tiga trophi dalam
satu musim sebanyak 2 kali - yang pertama mereka memenangkan Liga
Inggris, Piala Liga dan Piala Champion pada tahun 1984, serta pada tahun
2001 dengan meraih Piala FA, Piala Liga dan Piala UEFA. Liverpool juga
pernah meraih gelar ganda eropa dengan menjuarai Liga dan Piala Champion
eropa pada tahun 1977.
Hingga saat ini Liverpool telah
mengkoleksi 5 tropi Liga Champion yang merupakan terbanyak di Inggris
serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah Real Madrid dan AC
Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5 pada tahun 2005, Liverpool
berhak mengenakan
UEFA Badge of Honour, serta berhak memiliki tropi secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari World Soccer Magazine sebagai
Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar
BBC Sports Personality of the Year Team pada 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool
adalah klub terbaik Inggris abad 20 menurut International Federation of
Football History and Statistics (IFFHS). Untuk Level dunia, Liverpool
berapa di urutan ke 8 setelah Real Madrid, Juventus, Barcelona, AC
Milan, Bayern Munchen, Inter Milan & Ajax. adapun Manchester united
yang telah mendominasi Liga Inggris selama 2 dekade terakhir berapa di
posisi ke 11 di bawah Liverpool, Benfica dan Anderlecht.
- Juara Divisi Satu 18[2]
- 1900/01,
1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76,
1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88,
1989/90
- Juara Divisi Dua 4
- 1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
- Juara Liga Lancashire 1
- Liga Champions 5[2]
- 1976/77 3-1 vs. Borussia Mönchengladbach
- 1977/78 1-0 vs. Club Brugge
- 1980/81 1-0 vs. Real Madrid
- 1983/84 1-1 (4-2 melalui adu penalti) vs. AS Roma
- 2004/05 3-3 (3-2 melalui adu penalti) vs. AC Milan
- Juara Piala UEFA 3
- 1972/73, 1975/76, 2000/01
- Juara Piala FA 7
- 1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
- Juara Piala Remaja FA 2
- Juara Piala Liga 7[2]
- 1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
- Juara Charity Shield 15
- 1963/64[3],
1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[3], 1978/79, 1979/80,
1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
- Juara Piala Super Eropa 3
- Juara Piala Super Inggris 1
- Juara Divisi Satu untuk Cadangan 16
- 1956/57,
1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73, 1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77,
1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85, 1989/90, 1999/2000